Kamis, 12 Maret 2009

PENDAKIAN GUNUNG MARATON MENJADI TREND



Indonesia merupakan Negara yang memiliki deretan gunung yang rapat dan membentang dihampir setiap Kabupaten. Dengan ketinggian yang bervariatif maka perlu dikemukakan tema pendakian yang berbeda bagi para pendaki Nasional maupun Internasioanl. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya promosi wisata pegunungan Indonesia lewat pendakian maraton.
Dalam rangka satu abad Kebangkitan Nasional dan ikut mendukung dicanangkannya Visit Indonesia Year 2008, serta mempropmosikan wisata gunung tropis di Indonesia, tujuh orang mahasiswa dari Organisasi Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga (PAMOR) FPOK UPI berhasil menyelesaikan pendakian Maraton 14 Puncak Gunung diatas ketinggian 3.000 mdpl di Pulau Jawa, Bali, dan Lombok selama 13 hari 22 jam dengan memulai pendakian di gunung Pangrango 3.019 mdpl) Jawa Barat dan Finis di gunung Rinjani (3.758 mdpl) di Pulau Lombok.
Dalam pendakian Maraton ini tujuh orang pendaki didukung oleh 12. Ke 14 gunung yang didaki memiliki ketinggian diatas 3.000 mdpl. Pendakian dimulai dari hari Selasa 8 Juli 2008 jam 06.00 WIB. dari pos pendakian gunung Pangrango, selanjutnya berturut-turut gunung Ciremai Jawa Barat, gunung Slamet, Sindoro, Sumbing, Merbabu Jawa Tengah, dilanjutkan ke gunung Lawu, Welirang Arjuno, Semeru, Argopuro, Raung Jawa Timur, kemudian gunung Agung di Bali dan berakhir di gunung Rinjani Lombok pada hari Selasa tanggal 22 Juli 2008.
Dalam pendakian Maraton yang dilakukan PAMOR ini rata-rata hampir ke 14 gunung yang didaki tiap gunungnya kurang lebih 24 jam, dalam catatan perjalanan yang dilakukan dimulai dari gunung Pangrango memerlukan waktu naik turun 8 jam, Ciremai 7 jam 40 menit, Slamet 8 jam 50 menit, Sindoro 6 jam 50 menit, Sumbing 7 jam 56 menit, Merbabu 7 jam 30 menit, Lawu 6 jam 45 menit, Arjuno welirang 21 jam 40 menit, Semeru 19 jam 1 menit, Argopuro, 24 jam 24 menit, Raung 12 jam, Agung 8 jam 26 menit dan Rinjani 18 jam
Tujuan dari pendakaian maraton ini adalah memperkenalkan wisata gunung Tropis Indonesia kepada pendaki Nasional dan Internasional karena selama ini orang (pendaki) merasa puas ketika telah melakukan pendakian di gunung es (salju) padahal mendaki gunung tropis menyuguhkan keasikan tersendiri, apalagi dilakukan secara maraton, intinya pendakian ini ingin mengundang Dunia (pendaki Mancanegara) agar berani untuk melakukan pendakian di gunung Tropis secara Maraton



MARATON MENJADI TREND
PAMOR 14 Peaks Expedition 2008 merupakan tindak lanjut dari pendakian-pendakian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Anggota PAMOR yaitu melakukan pendakian dengan sistem maraton. Tahun 2007, tujuh orang mahasiswa PAMOR FPOK UPI mendaki 14 puncak gunung di pulau Jawa dalam 17 hari. Di Indonesia pendakian maraton pernah dilakukan juga oleh Willem Sigar Tasiam (49) secara Solo (sendiri), beliau mendaki 23 puncak gunung dalam 23 hari pada bulan November 2007.
Pendakian maraton dianggap upaya untuk menciptakan trand baru dalam pendakian gunung tropis di Indonesia yang memiliki deretan gunung yang rapat. Selama ini pendakian tropis mungkin sudah lumrah, karena hampir para penggiat alam mulai dari tingkat sekolah sampai Perguruan Tinggi dan penggiat alam umum lainnya sudah terbiasa melakukan pendakian, bahkan telah melakukannya beberapa kali tetapi itu dilakukannya hanya satu atau dua gunung saja. Maka oleh karena itu, pendakian maraton ini diharapkan menjadi trend dalam pendakian gunung tropis. Selama ini yang menjadi ikon pendakian adalah gunung-gunung es di himalaya atau lempengan gunung lainnya. Dalam seri Grand Slam sampai kini medannya memang gunung baru es, sedangkan untuk gunung tropis masih terlewatkan saat ini kalangan pendaki selalu terobsesi akan pendakian Seven Summit atau pendakian lainnya digunung es. Bahkan pendkaian The Three Peaks Challenge di Inggris dapat dijadikan paket petualangan yang menarik dan menantang. Atas dasar tersebut maka kami menginginkan pendakian maraton gunung tropis di Indonesia dapat dikemas agar menjadi menarik dan menantang sehingga layak untuk dicoba oleh pendaki Internasional. Dengan begitu kedepannya pendakaian gunung tropis di Indonesia akan semakin digemari oleh para pendaki Nasional maupun Internasional sehingga akan mendukung pariwisata Indonesia khususnya wisata pegunungan.

WISUDA DI PUNCAK GUNUNG
Kegiatan di alam bebas merupakan kegiatan yang mengundang resiko yang sangat besar, yang mengancam keselamatan penggiatnya. Ancaman itu bisa datang dari diri sendiri karena kurangnya persiapan maupun bahaya yang datang dari alam karena kita kurang mampu untuk memahami gejala-gejala yang ditimbulkan oleh alam.
Berbagai pengalaman baik suka maupun duka dialami oleh kami saat melakukan pendakian, dukannya seperti rasa ngantuk saat mendaki gunung, kurangnya makanan dan banyak hal lainnya. Tapi ada pengalaman yang paling berkesan yang dirasakan oleh saya sendiri yaitu saat di foto di puncak gunung Rinjani 3.748 m.dpl menggunakan pakaian Toga sarjana, yang biasanya digunakan ketika kegiatan wisuda berlangsung.
Awalnya tidak ada niat bagi saya untuk mendokumentasikan hal tersebut, tetapi ketika di puncak ada salah seorang dari pendaki yang membawa pakaian wisuda tersebut, dan tanpa pikir panjang saya pun menggunakan lalu di dokumentasikannya. Pada saat saya di foto menggunakan Toga ada perasaan malu dalam diri saya karena secara akademis belum menyelesaikan kuliah, tetapi saya yakin setelah pulang dari kegiatan ini ada keinginan untuk menyelesaikan kuliah saya, dan Alhamdulilah pas pulang dari PAMOR 14 PEAKS EXPEDITION 2008 saya menyelesaikan kuliah. Terima kasih untuk semua Civitas Akedemik FPOK para Dosen, temen-temen Mahasiswa dan untuk semua anggota Pecinta Alam Mahasiswa Olahraga…

Tidak ada komentar: